Fadhilah Siwak

Fadhilah Siwak
Segala puji hanya untuk Allah Ta'ala, shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah dengan benar melainkan Allah Shubhanahu wa ta’alla semata yang tidak ada sekutu bagi -Nya, dan aku juga bersaksai bahwa Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam adalah seorang hamba dan utusan -Nya. Amma ba'du:
Diantara perkara-perkara sunah yang sangat dianjurkan untuk di kerjakan akan tetapi banyak orang lalai dan meremehkannya ialah sunah untuk bersiwak. Sedang Allah ta'ala telah menyinggung keutamaan siwak dalam firman -Nya:

﴿ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلتَّوَّٰبِينَ وَيُحِبُّ ٱلۡمُتَطَهِّرِينَ ٢٢٢ ﴾ [ البقرة: 222]
"Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri".  (QS al-Baqarah: 222).

Adapun dalam hadits dijelaskan sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Malik al-Asy'ari beliau berkata: "Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « الطُّهُورُ شَطْرُ الإِيمَانِ » [أخرجه مسلم ]
"Bersuci adalah sebagian dari pada iman". HR Muslim no: 223.

Manfaat pertama yang bisa dirasakan dari siwak ialah sebagai pembersih mulut dari sisa-sisa makanan, bahkan manfaat ini terus berlanjut sampai pada derajat yang lebih tinggi lagi yaitu meraih ridho Allah Shubhanahu wa ta’ala. Hal tersebut, sebagaimana diterangkan dalam sebuah hadits yang dikeluarkan oleh Imam Bukhari dari Aisyah radhiyallahu 'anha, beliau berkata: "Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « السِّوَاكُ مَطْهَرَةٌ لِلْفَمِ مَرْضَاةٌ لِلرَّبِّ » [أخرجه البخاري ومسلم ]
"Siwak berfungsi sebagai pembersih mulut dan (untuk) meraih ridho Allah". HR Bukhari no: 367.

Sehingga tidak heran jika Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam sangat mendorong umatnya untuk senang bersiwak. Seperti yang terkandung dalam haditsnya Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, beliau berkata: "Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « لَوْلاَ أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِى, لأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ عِنْدَ كُلِّ صَلاَةٍ » [أخرجه البخاري ومسلم ]
"Kalaulah sekiranya tidak memberatkan atas umatku, niscaya akan aku perintahkan mereka supaya bersiwak tiap kali (ingin) mengerjakan sholat". HR Bukhari no: 887. Muslim no: 252.

Bukan hanya dalam bentuk ucapan namun beliau juga contohkan, dalam haditsnya Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, beliau berkata: "Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « أَكْثَرْتُ عَلَيْكُمْ فِي السِّوَاكِ » [أخرجه البخاري]
"Aku melebihi atas kalian di dalam bersiwak". HR Bukhari no: 888.

Dalam redaksi yang dibawakan oleh Imam Ahmad dari Watsilah radhiyallahu 'anhu, beliau berkata: "Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « أُمِرْتُ بِالسِّوَاكِ حَتَّى خَشِيتُ أَنْ يُكْتَبَ عَلَيَّ » [أخرجه أحمد]
"Aku disuruh untuk bersiwak sampai aku khawatir kalau sekiranya siwak diwajibkan atasku". HR Ahmad 25/389 no: 16007.

Moment-moment yang dianjurkan untuk bersiwak, Diantara yaitu:
1.         Setiap kali akan mengerjakan sholat, baik sholat wajib maupun sunah.
Berdasarkan hadits terdahulu, dimana Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « لَوْلاَ أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِى, لأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ عِنْدَ كُلِّ صَلاَةٍ » [أخرجه البخاري ومسلم ]
"Kalaulah sekiranya tidak memberatkan atas umatku, niscaya akan aku perintahkan mereka supaya bersiwak tiap kali (ingin) mengerjakan sholat". HR Bukhari no: 887. Muslim no: 252.





2.         Setiap kali berwudhu.
Berdasarkan hadits yang dibawakan oleh Imam Bukhari, bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « لَوْلاَ أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِى, لأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ مَعَ كُلِّ وُضُوءٍ » [أخرجه البخاري ومسلم ]
"Kalaulah sekiranya tidak memberatkan atas umatku, niscaya akan aku perintahkan mereka supaya bersiwak tiap kali (ingin) berwudhu". HR Bukhari no: 367.

3.         Ketika terjaga dari tidur malam.
Sebagaimana yang dijelaskan dalam sebuah hadits yang dibawakan oleh Bukhari dan Muslim dari Hudzaifah bin Yaman radhiyallahu 'anhu, beliau berkata:
« كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَامَ مِنْ اللَّيْلِ يَشُوصُ فَاهُ بِالسِّوَاكِ » [أخرجه البخاري ومسلم ]
 "Adalah (kebiasaan) Rasulallah shalallahu ‘alaihi wa sallam manakala terbangun dari tidur malam, beliau memulai (aktivitasnya) dengan menggosok mulutnya dengan siwak". HR Bukhari no: 245. Muslim no: 255.

4.         Manakala masuk rumah.
Seperti yang dijelaskan dalam haditsnya Suraih bin Hani, beliau menceritakan:
« قُلْتُ: بِأَىِّ شَىْءٍ كَانَ يَبْدَأُ النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم إِذَا دَخَلَ بَيْتَهُ. قَالَتْ: بِالسِّوَاكِ » [أخرجه مسلم ]
"Aku pernah bertanya kepada Aisyah, "Dengan apa Rasulallah shalallahu ‘alaihi wa sallam memulai pertama kali bila akan masuk rumah? Beliau menjawab, "Dengan siwak". HR Muslim no: 253.

5.         Tatkala muncul bau pada mulut secara mutlak.
Berdasarkan keumuman hadits yang terdahulu. Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: » السِّوَاكُ مَطْهَرَةٌ لِلْفَمِ مَرْضَاةٌ لِلرَّبِّ « [أخرجه البخاري]
"Siwak berfungsi sebagai pembersih mulut dan (bisa) meraih ridho Allah". HR Bukhari no: 367.

6.         Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam biasa bersiwak sedang beliau lagi berpuasa.
             Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Amir bin Rabi'ah radhiyallahu 'anhu, beliau menceritakan, "Aku melihat Rasulallah shalallahu ‘alaihi wa sallam sedang bersiwak saat beliau berpuasa tanpa bisa aku hitung (karena banyaknya)". HR Bukhari no: 367. Dan bagi siapa saja yang mau memperhatikan keadaan Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam dirinya akan menjumpai kalau beliau sangat gemar untuk bersiwak pada tiap saat sampai di dapati dalam keadaan sakaratul maut pun beliau memikirkan siwak. Hal itu, sebagaimana dijelaskan dalam haditsnya Aisyah yang menceritakan detik-detik kepergian beliau, Aisyah menuturkan:

« دَخَلَ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ أَبِي بَكْرٍ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنَا مُسْنِدَتُهُ إِلَى صَدْرِي وَمَعَ عَبْدِ الرَّحْمَنِ سِوَاكٌ رَطْبٌ يَسْتَنُّ بِهِ فَأَبَدَّهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَصَرَهُ, فَأَخَذْتُ السِّوَاكَ فَقَصَمْتُهُ وَنَفَضْتُهُ وَطَيَّبْتُهُ ثُمَّ دَفَعْتُهُ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَاسْتَنَّ بِهِ فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَنَّ اسْتِنَانًا قَطُّ أَحْسَنَ مِنْهُ, فَمَا عَدَا أَنْ فَرَغَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَفَعَ يَدَهُ أَوْ إِصْبَعَهُ ثُمَّ قَالَ: فِي الرَّفِيقِ الْأَعْلَى ثَلَاثًا, ثُمَّ قَضَى» [أخرجه البخاري ومسلم ]
"Abdurahman bin Abu Bakar masuk pada Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, sedangkan Rasulallah bersandar pada tubuhku, dan ditangan Abdurahman ada sepotong siwak yang sedang digunakan, maka Rasulallah memandang siwak tersebut dan aku tahu bahwa ia menyukai siwak. Lalu aku ambil siwak tersebut aku potong dan gigit lantas aku lunakan untuk beliau setelah itu aku berikan kepada beliau, kemudian Rasulallah menggosokan pada giginya. Belum pernah aku melihat beliau bersiwak sebaik itu sebelumnya, tatkala beliau selesai bersiwak, beliau mengangat jari telunjuknya sembari berkata, "Bersama Kekasih Yang Maha Tinggi", sebanyak tiga kali, kemudian beliau meninggal". HR Bukhari no: 4438. Muslim no: 2443.

Imam Shan'ani menjelaskan: "Tentang keterangan siwak (ini) telah disebutkan lebih dari seratus hadits, akan tetapi yang membikin kami heran, ada sunah yang sedemikian banyak penjelasannya dalam hadits namun di remehkan oleh kebanyakan orang, bahkan diremehkan oleh banyak ulama, maka ini merupakan kemunduran yang besar" Dan diantara faktor yang membikin Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam gemar menggunakan siwak ialah karena beliau benci bila dijumpai ada bau yang melekat pada mulutnya. Namun, sangat disayangkan banyak orang yang tidak memperhatikan masalah yang satu ini, yakni perkara bau mulut yang bisa mengganggu lawan bicara atau teman duduk. Demikian pula orang yang sedang sholat, di sebabkan bau yang keluar dari mulut mereka, terlebih para perokok dan orang-orang yang memakan makanan berbau khas. Ini, walaupun sarana untuk membersihkan bau mulut sudah mudah didapat akan tetapi mereka tetap tidak mau ambil peduli.
Maka kepada orang-orang tersebut, harus mereka ketahui bahwasannya tidak boleh bagi mereka sholat didalam masjid bersama jama'ah kaum muslimin, terlebih pada kondisi selain sholat seperti majelis atau perkumpulan. Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan bagi mereka:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « مَنْ أَكَلَ مِنْ هَذِهِ الْبَقْلَةِ الثُّومِ - وَقَالَ مَرَّةً مَنْ أَكَلَ الْبَصَلَ وَالثُّومَ وَالْكُرَّاثَ - فَلاَ يَقْرَبَنَّ مَسْجِدَنَا فَإِنَّ الْمَلاَئِكَةَ تَتَأَذَّى مِمَّا يَتَأَذَّى مِنْهُ بَنُو آدَمَ » [أخرجه البخاري ومسلم ]
"Barangsiapa yang memakan sayuran ini –bawang putih- dalam sebuah redaksi beliau berkata, "Barangsiapa yang memakan bawang merah dan putih serta bawang bakung, maka sekali-kali jangan mendekat pada masjid kami, sesungguhnya malaikat merasa terganggu seperti halnya anak cucu Adam juga terganggu". HR Bukhari no: 855. Muslim no: 564.

Dan jenis siwak terbaik yang digunakan adalah yang diambil dari pohon Araak (pohon siwak). Dimana para peneliti telah melakukan sebuah riset yang tersimpul sebuah ketetapan bahwa partikel yang terdapat dalam kayu siwak mengandung senyawa alami yang bisa melawan bakteri dan kuman yang menyebabkan gigi berlubang serta gusi luka dan bengkak. Dikatakan pula bahwa orang-orang yang biasa menggunakan kayu siwak sangat sedikit sekali terkena gigi berlubang dan gusi bengkak dibanding dengan mereka yang tidak biasa menggunakan kayu siwak…dan lain sebagainya dari manfaat yang terdapat dalam siwak.[1]
Akhirnya kita ucapkan segala puji bagi Allah Shubhanahu wa ta’alla Rabb semesta alam. Shalawat serta salam semoga –Dia  curahkan kepada Nabi kita Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, kepada keluarga beliau serta para sahabatnya





[1] . Lihat buku as-Siwak Mathharatun lil Fam wa Mardhatun Li Rabb karya Syaik Abdullah bin Muhammad al-Yusuf.

Tidak ada komentar