MUKJIZAT-MUKJIZAT NABAWIAH,



MUKJIZAT-MUKJIZAT NABAWIAH,
PENDAPAT DIANTARA ORANG-ORANG YANG KETERLALUAN DAN CEROBOH.

Pertanyaan:

Kami sedang berbincang-bincang dalam suatu  majelis  tentang Nabi  saw.  dan  mukjizat-mukjizatnya sehubungan dengan hari kelahirannya,  dan  tanda-tanda   yang   terjadi   menjelang kelahirannya   yang  banyak  diceritakan  dalam  kitab-kitab cerita Maulid yang biasanya dibaca  di  berbagai  negara  di setiap menjelang datangnya bulan Rabiul Awwal.

Tetapi,   salah   seorang   hadirin  mengingkari  terjadinya peristiwa-peristiwa luar  biasa  ini  dan  mengingkari  pula
mukjizat-mukjizat  nyata  dari  Rasulullah  saw. yang sering disebut-sebut atau  tercantum  dalam  kitab-kitab,  misalnya "telur  merpati  di  mulut  gua  ketika berlangsung hijrah," "pembuatan sarang laba-laba," "kijang yang berbicara  kepada beliau,"  "rintihan  batang  kurma  kepada  Nabi  saw."  Dan lain-lain yang terkenal diantara masyarakat Muslim.

Alasannya ialah, bahwa Rasulullah saw. Hanya  memiliki  satu mukjizat  yang  nyata yaitu Al-Qur'anul Karim, dan ia adalah mukjizat  akliah  yang   teristimewa   dibandingkan   dengan mukjizat-mukjizat para Rasul terdahulu.

Kami  harapkan  penjelasan  Al-Ustadz  tentang  masalah  ini dengan disertai dalil-dalil.

Semoga Al-Ustadz diberi umur panjang  bagi  Islam  dan  kaum Muslimin.
 
Jawab:

Pengingkaran tersebut, yang diceritakan olch Saudara penanya dari  salah  seorang  di  majelisnya,  sebagian  benar   dan sebagian lagi salah. Tidaklah semua mukjizat Rasulullah saw. yang nyata  dan  tersiar  di  antara  orang-orang  merupakan riwayat  yang  shahih  dan  benar,  dan  tidak juga semuanya salah.

Keshahihan dan kesalahan dalam masalah-masalah ini  tidaklah semata-mata  disebabkan  oleh  pendapat  atau hawa nafsu dan emosi, tetapi ditentukan oleh sanad-sanad.

Orang-orang  dalam  masalah  ini  -masalah   mukjizat   Nabi Muhammad saw. yang bersifat material- ada tiga macam:

Pertama:
Orang   yang  berlebihan  dalam  membenarkan  dan menjadikan sanad dan dalil  adalah  sesuatu  yang  tercantum dalam  kitab-kitab, apakah itu merupakan kitab ulama periode terdahulu maupun belakangan, yang menyaring  riwayat-riwayat atau  tidak,  yang  bersesuaian  dengan  pokok-pokoknya atau bahkan menyalahinya, dan  apakah  kitab-kitab  itu  diterima oleh para ulama peneliti atau tidak.

Yang  penting  hal  itu  diriwayatkan  dalam  sebuah  kitab, meskipun tidak diketahui pengarangnya, atau disebutkan dalam sebuah  kasidah  yang  berisi pujian terhadap Nabi saw, atau dalam kisah Maulid yang sebagiannya dibaca di  bulan  Rabiul Awxval setiap tahun dan sebagainya.

Ini pemikiran awam yang tidak perlu dibicarakan. Kitab-kitab itu berisi riwayat yang baik dan  buruk,  benar  dan  salah, shahih? dan palsu (dibuat-buat).

Peradaban  agama  kita  telah  tercemar  oleh para pengarang semacam  ini,  yang  menerima  "kisah-kisah  khayalan"   dan mengisi  lembaran  kitab-kitab  mereka,  meskipun  menyalahi riwayat yang shahih dan akal sehat.

Sebagian pengarang  tidak  memperhatikan  kebenaran  riwayat dari  kisah-kisah  ini  dengan  alasan tidak ada hubungannya dengan penetapan hukum syariat,  baik  mengenai  halal  atau haram  dan sebagainya. Oleh karena itu, apabila meriwayatkan mengenai  halal  dan  haram,  mereka  bersikap  keras  dalam menyelidiki  sanad-sanad, mengkritik para rawi dan menyaring riwayat-riwayatnya.

Namun, apabila  meriwayatkan  tentang  amalan-amalan  utama, At-Targhib  wat-Tarhib,  misalnya  mukjizat  dan sebagainya, mereka pun menyepelekan dan bersikap toleran.

Ada pula  pengarang  yang  menyebut  riwayat-riwayat  dengan sanad-sanadnya - Fulan dari Fulan dari Fulan - tetapi mereka tidak memperhatikan nilai  sanad-sanad  ini.  Apakah  shahih atau  tidak? Nilai para rawinya, apakah mereka tsiqat (dapat dipercaya), dapat diterima,  lemah  tercela,  atau  pendusta tertolak?  Mereka  beralasan  bahwa  apabila mereka menyebut sanadnya, maka mereka telah bebas dari  tanggung  jawab  dan terlepas dari ikatan.

Hal itu hanya cocok dan cukup bagi para ulama di zaman-zaman permulaan. Adapun di zaman-zaman  belakangan,  khususnya  di masa  kita  seperti  sekarang  ini,  maka  penyebutan  sanad tidaklah berarti  apa-apa.  Orang-orang  hanya  mengandalkan penukilan dari kitab-kitab tanpa memandang sanad.

Ini  adalah  sikap  mayoritas penulis dan pengarang di zaman kita  ketika  mereka  mengutip  dari  Tarikh  Thabari   atau Thabaqat Ibnu Sa'ad dan lain-lain.

Kedua:
Orang  yang berlebihan dalam menolak dan mengingkari mukjizat-mukjizat  dan  tanda-tanda  alamiah   yang   nyata. Alasannya  dalam hal itu ialah, bahwa mukjizat Nabi Muhammad saw. adalah Al-Qur'anul Karim.

Didalamnya terdapat tantangan agar orang-orang  mendatangkan (membuat)  Al-Qur'an  seperti  itu, sepuluh surat atau cukup satu surat saja yang seperti itu.

Tatkala kaum  musyrikin  minta  dari  Rasulullah  saw.  agar mengeluarkan     tanda-tanda     alamiah    supaya    mereka mempercayainya, maka turunlah ayat Al-Qur'an yang menyatakan penolakan tegas terhadap permintaan mereka.

Allah Ta'ala berfirman:
"Dan   mereka   berkata,  'Kami  sekali-kali  tidak  percaya kepadamu hingga kamu memancarkan mata air  dari  bumi  untuk kami'."(Q.s. Al-Isra':90).

"Atau  kamu  mempunyai  sebuah  kebun kurma dan anggur, lalu kamu  alirkan  sungai-sungai  di  celah  kebun  yang   deras alirannya. " (Q.s. Al-Isra':91).

"Atau  kamu  jatuhkan  langit  berkeping-keping  atas  kami, sebagaimana kamu  katakan  atau  kamu  datangkan  Allah  dan malaikat-malaikat   bertatap   muka   dengan   kami."  (Q.s. Al-Isra':92).

"Atau kamu mempunyai sebuah rumah dari emas atau  kamu  naik ke  langit.  Dan  kami  sekali-kali  tidak  akan mempercayai kenaikanmu itu hingga kamu turunkan atas kami  sebuah  kitab yang kami baca. Katakanlah, 'Maha Suci Tuhanku, bukankah aku ini  hanya  seorang  manusia  yang  menjadi  Rasul'."  (Q.s. Al-Isra': 93).
Di   tempat  lain,  Allah  menyebut  hal-hal  yang  mencegah turunnya tanda-tanda alamiah  yang  mereka  usulkan.  Firman Allah swt.:
"Dan  sekali-kali  tidak  ada  yang  menghalang-halangi Kami untuk mengirimkan (kepadamu) tanda-tanda  (kekuasaan  Kami), melainkan  karena  tanda-tanda  itu  telah  didustakan  oleh orang-orang yang  dahulu.  Dan  telah  Kami  berikan  kepada Tsamud   unta  betina  itu  (sebagai  mukjizat)  yang  dapat dilihat, tetapi mereka menganiaya unta betina itu. Dan  Kami tidak    memberi    tanda-tanda    itu    melainkan    untuk menakut-nakuti." (Q.s. Al-Isra': 59).
Dalam  surat  lain   Allah   menolak   permintaan   turunnya tanda-tanda  yang  lain  dengan  mengatakan  bahwa Al-Qur'an sendiri sudah cukup untuk menjadi tanda bagi Muhammad saw.

Allah Ta'ala berfirman:
"Dan apakah tidak cukup bagi mereka  bahwasanya  Kami  telah menurunkan   kepadamu   Alkitab   (Al-Qur'an),   sedang  dia dibacakan kepada mereka? Sesungguhnya dalam (Al-Qur'an)  itu terdapat  rahmat  yang  besar dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman." (Q.s. Al-Ankabut: 51).
Hikmah Ilahiah  telah  menghendaki  mukjizat  Muhammad  saw. merupakan mukjizat akliah dan moral, bukan mukjizat kongkrit dan material. Hal itu dimaksudkan supaya lebih layak  dengan kemanusiaan setelah melewati tahap-tahap masa kanak-kanaknya dan lebih layak dengan tabiat risalah penutup yang kekal

Mukjizat-mukjizat nyata berakhir begitu ia  terjadi.  Adapun mukjizat akliah, ia akan tetap kekal.

Hal  itu dikuatkan oleh hadis dalam Shahih Bukhari dari Nabi saw, beliau bersabda:

"Tidak ada seorang  Nabi  diantara  Nabi-nabi  yang  diutus, melainkan  ia  diberi  tanda-tanda  (mukjizat) dan kepadanya manusia beriman, tetapi apa yang diberikan  kepadaku  adalah wahyu  yang  diturunkan  Allah  kepadaku. Maka, aku berharap menjadi Nabi yang terbanyak pengikutnya diantara mereka pada hari Kiamat." (H.r. Bukhari).
 
Menurut  pendapat saya, yang mendorong untuk mengambil sikap tersebut ada dua perkara:
1.      Terpukaunya manusia di zaman kita ini oleh berbagai ilmu  pengetahuan (sains) yang berdiri diatas kenyataan,
sebab-sebab dan keharusan pengaruhnya pada musababnya, sehingga sebagian orang mengira bahwa  kelaziman akal tidak dapat luput dalam suatu keadaan. Maka, api harus membakar, pisau harus memotong,  benda mati tidak mungkin berubah menjadi hewan, dan orang meninggal tidak mungkin dapat hidup kembali.
2.      Sifat berlebihan pada jenis pertama dalam menetapkan peristiwa-peristiwa luar biasa sebagaimana perkara hak dan batil, hingga nyaris membatalkan hukum sebab-sebab dan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan Allah bagi alam semesta ini.
Ketiga:
Pendapat  pertengahan   antara   orang-orang   yanberlebih-lebihan  dalam  mempercayai  dan  keterlaluan dalam
mengingkari. Ia adalah pendapat yang saya kuatkan  dan  saya ikuti.

Kesimpulan Pendapat Ini:
1.      Al-Qur'anul Karim adalah tanda terbesar dan mukjizat pertama dari Rasulullah Muhammad saw. dan Al-Qur'an merupakan tantangan bagi ahli-ahli sastra bahasa Arab khususnya dan bagi seluruh manusia umumnya. Dengan Al-Qur'an, kenabian Muhammad memiliki keistimewaan tersendiri dibandingkan dengan kenabian-kenabian sebelumnya. Dalil atas kenabiannya yang benar adalah obyek risalahnya itu. Ia adalah Kitab yang merupakan mukjizat yang mengandung hidayat dan ilmu-ilmunya, keindahan lafal dan maknanya serta penjelasan hal yang gaib di masa lalu, sekarang dan masa yang akan datang.
2.      Allah Ta'ala memuliakan penutup Rasul-rasul-Nya dengan tanda dan peristiwa luar biasa yang nyata dan bermacam-macam. Tetapi Allah tidak memaksudkan semua itu sebagai tantangan, yakni untuk menegakkan hujjah atas kenabian dan risalahnya yang benar, melainkan sebagai penghormatan atau rahmat dari Allah dan kekuatan baginya serta pemeliharaan terhadapnya bersama-sama orang-orang yang beriman dengannya, jika dalam keadaan sulit. Oleh karena itu, peristiwa-peristiwa luar biasa itu tidak terjadi untuk memenuhi permintaan orang-orang kafir, bahkan sebagai rahmat dan kemuliaan dari Allah bagi Rasul-Nya dan kaum Mukmin. Dalam hal itu, misalnya peristiwa Isra' yang telah disebutkan dengan jelas dalam Al-Qur'an; dan Mi'raj yang diisyaratkan oleh Al-Qur'an dan disebutkan dalam hadis-hadis yang shahih. Turunnya para malaikat untuk mengukuhkan dan membela orang-orang yang beriman di Perang Badar, turunnya hujan untuk memberi minum dan membersihkan mereka, mengukuhkan kaki mereka pada saat hal itu tidak dialami oleh kaum musyrikin, padahal mereka berada di dekat kaum Muslimin. Perlindungan Allah terhadap Rasul-Nya dan sahabatnya di dalam gua ketika hijrah, dan meskipun kaum musyrikin menemukan tempat itu, sehingga andaikata salah seorang dari mereka melihat ke bawah, tentulah kedua orang itu akan terlihat, dan lain-lain yang tercantum dalam nash Al-Qur'an.

Juga yang sama dengan  peristiwa  itu  adalah  rasa  kenyang sejumlah besar kaum Muslimin oleh makanan yang hanya sedikit ketika perang Ahzab dan Tabuk.
3.      Sesungguhnya kami tidak menetapkan peristiwa-peristiwa luar biasa semacam ini, kecuali yang telah dinashkan dalam Al-Qur'an atau disebutkan dalam Sunnah yang shahih. Adapun yang selain itu dan memenuhi kitab-kitab, maka kami tidak menerimanya dan tidak memperhatikannya .

Di antara hadis-hadis shahih dan kuat, ialah:

3.1. Hadis yang diriwayatkan oleh sekelompok sahabat tentang  "rintihan batang kurma" di atas ketika Nabi saw. pertama kali berkhutbah. Tatkala dibuatkan mimbar baginya dan beliau berdiri diatasnya untuk berkhutbah, terdengarlah suara dari batang kurma, seperti induk unta yang meratapi anaknya. Kemudian Nabi saw. menghampiri dan mengusapkan tangannya pada pohon itu. Maka, batang kurma itu pun terdiam.

Berkata Al-Allamah Tajuddin As-Subki:
  
"Rintihan batang kurma adalah  mutawatir, karena ia diriwayatkan oleh sekelompok sahabat, hingga sekitar 20 orang dan banyak perawi yang shahih, sehingga memastikan terjadinya."
  
Begitu pula Qadli Iyadl berkata dalam Asy-Syifa': "Hadis itu mutawatir."

3.2. Hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim dan Ashabus Sunan lainnya dari sekelompok sahabat mengenai "pengadaan air yang banyak dengan cara yang tidak biasa dilakukan."

Hal itu dilakukan dalam peperangan-peperangan dan perjalanan-perjalanan Nabi saw, misalnya pada perang Hudaibiyah, Tabuk dan lainnya.
  
Diriwayatkan oleh Syaikhan, dari Anas bahwa Nabi saw. dan para sahabatnya berada di Zaura', lalu ia menyuruh mengambil segelas air. Kemudian beliau mencelupkan telapak tangannyake dalam gelas, lalu air terus rnemancar dari celah-celah jari dan ujung-ujung jarinya. Kemudian para sahabat Nabi saw. berwudhu dengan air itu.
  
Diriwayatkan oleh Imam Bukhari, dari Al-Barra' bin Azib bahwa mereka berada bersama 1400 orang pada hari Hudaibiyah dan mereka menguras sumur Hudaibiyah tanpa meninggalkan setetes pun di dalamnya. Kemudian Nabi saw. mendengar hal itu dan menghampirinya. Beliau duduk di atas tepinya,  kemudian menyuruh mengambil sebuah bejana berisi air, lalu berwudhu. Setelah itu, beliau berkumur dan berdoa, lalu menyemburkannya ke dalam sumur itu. Al-Barra, berkata, "Kemudian kami meninggalkannya tidak begitu jauh. Maka keluarlah air dari sumur itu yang mencukupi dan mengenyangkan ternak-ternak kami serta para pengendaranya."
  
Banyak sekali hadis yang diriwayatkan mengenai "mengalirnya air" sebagai mukjizat Rasulullah saw. dengan riwayat yang shahih.

3.3. Riwayat-riwayat yang ada dalam kitab-kitab Sunnah berupa pengabulan Allah Ta'ala terhadap doa Nabi saw. di tempat-tempat yang tidak terbilang banyaknya, misalnya untuk menurunkan hujan, ketika perang Badar agar diberi kemenangan, bagi Ibnu Abbas agar diberi kepandaian dalam ilmu agama, bagi Anas agar diberi anak yang banyak dan umur panjang, bagi sebagian orang yang mengganggunya dan sebagainya.
  
3.4. Kabar-kabar yang shahih tentang kejadian-kejadian yang bakal terjadi, sebagaimana diberitahukan oleh Rasulullah saw. sebagian di masa hidupnya dan sebagian sesudah wafatnya, misalnya penakluk negeri Yaman, Basrah dan Persia.
  
Sabda Nabi saw.: "Engkau akan dibunuh oleh golongan yang zalim." Sabda Nabi saw. Tentang Al-Hasan: "Sesungguhnya putraku ini adalah pemimpin dan dengan lantaran Allah akan mendamaikan antara dua golongan dari kaum Muslimim." "Pemberitahuannya tentang penaklukan Konstantinople dan lainnya."
4.      Adapun peristiwa-peristiwa luar biasa dan mukjizat-mukjizat yang yang tidak sah riwayatnya, maka kami tidak membenarkan dan mengesampingkannya, meskipun tersiar di antara ummat Muslim.
  
Kami anggap cukup disini mengenai riwayat, bahwa ketika Nabi saw. bersembunyi di dalam gua sewaktu hijrah ke Madinah, datang dua ekor merpati bertelur di mulut gua di samping sebatang pohon yang tumbuh, lalu menutupi pintu masuk gua.
  
Kisah ini tidak tercantum dalam hadis shahih, hasan maupun dhaif.
  
Adapun pembuatan sarang laba-laba di gua, maka terdapat riwayat mengenai itu yang dinilai hasan oleh sebagian ulama dan dinilai lemah oleh sebagian lainnya. Pada lahirnya, Al-Qur'an menunjukkan bahwa Allah Ta'ala menolong Rasul-Nya ketika hijrah dengan pasukan yang tidak terlihat.
  
Firman Allah swt.:
  
"Maka Allah menurunkan ketenanganNya kepada (Muhammad) dan menolongnya dengan pasukan yang tidak dapat kamu lihat." (Q.s. At-Taubah: 40).
  
Laba-laba dan merpati adalah pasukan yang terlihat dan tiada keraguan bahwa pertolongan dengan pasukan yang tidak terlihat dan tidak tersentuh lebih menunjukkan kekuasaan Ilahi dan kelemahan manusia. Peristiwa-peristiwa luar biasa ini tersiar diantara mayoritas Muslimin disebabkan adanya puji-pujian Nabawi dari para ulama periode belakangan, khususnya "Burdah" oleh Al-Bushiri vang mengatakan:

Mereka mengira merpati tidak bertelur dan aba-laba tidak bersarang untuk melindungi sebaik-baik mahluk Perlindungan.Allah sudah mencukupi tanpa baju besi berlapis maupun benteng yang tinggi.
  
Inilah sikap kami terhadap  peristiwa-peristiwa  luar  biasa dan  mukjizat-mukjizat  Nabawi  yang dinisbatkan kepada Nabi saw.
Wabillaahit Taufiq.        

Tidak ada komentar